Tuesday, July 18, 2017

Tata Tutorial Shalat Gerhana Matahari dan Bulan Lengkap

Tata Tutorial Shalat Gerhana Matahari dan Bulan Lengkap

Tata Tutorial Shalat Gerhana Matahari dan Bulan Lengkap-Gerhana sering diartikan dengan penomena alam yang langka seperti adanya gerhana matahari atau gerhana bulan.tapi untuk umat islam dari kejadian tersebut ada hikmah yang sangat berarti sebab dari peneomena alam tersebut ada jalan untuk tambah pundi pundi amal bagus yaitu seperti melaksanakan Shalat gerhana dalam bahasa arab sangat sering dimaksud dengan makna khusuf (الخسوف)-Gerhana Matahari serta kusuf  (الكسوف)-Gerhana Bulan.

a. Khusuf (الخسوف)- Khusuf  merupakan peristiwa dimana sinar matahari menghilang bagus sebagian atau total di siang hari sebab terhalang oleh bulan yang melintas antara bumi dan matahari.
b. Kusuf  (الكسوف)- Kusuf  adalah peristiwa dimana cahaya bulan menghilang bagus sebagian atau total di malam hari sebab terhalang oleh bayangan bumi sebab posisi bulan yang berada di balik bumi dan matahari.

Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan bukti Asterik-Asterik kekuasaan Allah. Sejatinya tak akan terjadi gerhana di keduanya sebab kematian seseorang, dan tak akan pula (terjadi gerhana) sebab hidupnya seseorang. Oleh sebab itu, apabila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah.” (Muttafaqun ‘alaihi). 
Tata Tutorial Shalat Gerhana matahari dan bulan

Pensyariatan Shalat Gerhana
Shalat gerhana merupakan shalat sunnah muakkad yang ditetapkan dalam syariat Islam sebagaimana para ulama telah menyepakatinya.dengan dalilnya:
1. firman Allah SWT :

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan dari sebagian Asterik-Asterik-Nya merupakan adanya malam dan siang serta adanya matahari dan bulan. Janganla Anda sujud kepada matahari atau bulan akan tetapi sujudlah kepada Allah Yang Menciptakan keduanya. (QS. Fushshilat : 37)
2.Sabda  Rasulullah SAW  :

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ 
Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan suatu Asterik dari Asterik-Asterik Allah SWT. Keduanya tak akan menjadi gerhana dikarenakan kematian seseorang atau kelahirannya. apabila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Selain itu juga ada hadits lainnya :


لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  نُودِيَ : إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ
saat matahari menjalani gerhana di zaman Rasulullah SAW, orang-orang dipanggil shalat dengan lafaz : As-shalatu jamiah". (HR. Bukhari).

Shalat gerhana disyariatkan kepada siapa aja, bagus dalam keadaan muqim di negerinya atau dalam keadaan safar, bagus untuk laki-laki atau untuk perempuan. Atau diperintahkan kepada orang-orang yang wajib menjalankan shalat Jumat.

Namun meski demikian, kedudukan shalat ini tak akan hingga kepada derajat wajib, sebab dalam hadits lain disebutkan bahwa tak akan ada kewajiban selain shalat 5 waktu semata.


Hukum Shalat Gerhana
Para ulama membedakan antara hukum shalat gerhana matahari dan gerhana bulan.
1. Gerhana Matahari
Para ulama umumnya sepakat mengatakan bahwa shalat gerhana matahari hukumnya sunnah muakkadah, kecuali mazbah Al-Hanafiyah yang mengatakan hukumnya wajib.
a. Sunnah Muakkadah
Jumhur ulama yaitu Mazhab Al-Malikiyah, As-Syafi'iyah dan Al-Malikiyah berketetapan bahwa hukum shalat gerhana matahari merupakan sunnah muakkad.
b. Wajib
Sedangkan Mazhab Al-Hanafiyah berpendapat bahwa shalat gerhana matahari hukumnya wajib. 


2. Gerhana Bulan
Sedangkan dalam hukum shalat gerhana bulan, pendapat para ulama terpecah menjadi tiga macam, antara yang mengatakan hukunya hasanah, mandubah dan sunnah muakkadah.
a. Hasanah
Mazhab Al-Hanafiyah memandang bahwa shalat gerhana bulan hukumnya hasanah.
b. Mandubah
Mazhab Al-Malikiyah berpendapat bahwa hukum shalat gerhana bulan merupakan mandubah.
c. Sunnah Muakkadah
Mazhab As-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah berpendapat bahwa hukum shalat gerhana bulan merupakan sunnah muakkadah. 


Aplikasi Shalat Gerhana
1. Berjamaah
Shalat gerhana matahari dan bulan dikerjakan dengan Tutorial berjamaah, sebab dahulu Rasulullah SAW mengerjakannya dengan berjamaah di masjid. Shalat gerhana dengan cara berjamaah dilandasi oleh hadits Aisyah radhiyallahu 'anha.
2. Tanpa Adzan dan Iqamat
Shalat gerhana dilakukan tanpa didahului dengan azan atau iqamat. Yang disunnahkan hanyalah panggilan shalat dengan lafaz "As-Shalatu Jamiah". Dalilnya merupakan hadits berikut :

لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  نُودِيَ : إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ
saat matahari menjalani gerhana di zaman Rasulullah SAW, orang-orang dipanggil shalat dengan lafaz : As-shalatu jamiah". (HR. Bukhari).
3. Sirr dan Jahr
Namun shalat ini boleh juga dilakukan dengan sirr (merendahkan suara) ataupun dengan jahr (mengeraskannya).
4. Mandi
Juga disunnahkan untuk mandi sunnah sebelum menjalankan shalat gerhana, sebab shalat ini disunnahkan untuk dikerjakan dengan berjamaah
5. Khutbah
Ada Disparitas pendapat di kalangan ulama mengenai hukum khutbah di shalat gerhana. 

a. Disyariatkan Khutbah
Menurut pendapat As-Syafi'iyah, dalam shalat gerhana disyariatkan untuk disampaikan khutbah di dalamnya. Khutbahnya seperti layaknya khutbah Idul Fithri dan Idul Adha dan juga khutbah Jumat.
Dalilnya merupakan hadits Aisyah ra berikut ini : 



أَنَّ النَّبِيَّ  لَمَّا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ قَامَ وَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَال : إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ عَزَّ وَجَل لاَ يُخْسَفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Dari Aisyah ra berkata,"Sesungguhnya saat Nabi SAW selesai dari shalatnya, beliau berdiri dan berkhutbah di hadapan manusia dengan memuji Allah, setelah itu bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan suatu Asterik dari Asterik-Asterik Allah SWT. Keduanya tak akan menjadi gerhana dikarenakan kematian seseorang atau kelahirannya. apabila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam khutbah itu Rasulullah SAW menganjurkan untuk bertaubat dari dosa serta untuk mengerjakan kebajikan dengan bersedekah, doa dan istighfar (minta ampun).
b. tak akan Disyariatkan Khutbah
Sedangkan Al-Malikiyah mengatakan bahwa dalam shalat ini disunnahkan untuk diberikan peringatan (al-wa'zh) kepada para jamaah yang hadir setelah shalat, namun bukan berbentuk khutbah formal di mimbar.
Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah juga tak akan mengatakan bahwa dalam shalat gerhana ada khutbah, sebab pembicaraan Nabi SAW setelah shalat dianggap oleh mereka sekedar membagikan Keterangan mengenai hal itu.
Dasar pendapat mereka merupakan sabda Nabi SAW :

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
apabila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits ini Nabi SAW tak akan memerintahkan untuk disampaikannya khutbah dengan cara Eksklusif. Perintah beliau hanya untuk shalat aja tanpa menyebut khutbah.
6. Banyak Berdoa, Dzikir, Takbir dan Sedekah
Disunnahkan apabila datang gerhana untuk memperbanyak doa, dzikir, takbir dan sedekah, selain shalat gerhana itu sendiri.

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Apabila Anda menyaksikannya maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, shalat dan bersedekah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tata Tutorial Teknis Shalat Gerhana
Ada pun bagaimana bentuk teknis dari shalat gerhana, para ulama menerangkan berdasarkan nash-nash syar'i sebagai berikut :
1. Dua Rakaat
Shalat gerhana dilakukan sebanyak 2 rakaat. Masing-masing rakaat dilakukan dengan 2 kali berdiri, 2 kali membaca qiraah surat Al-Quran, 2 ruku' dan 2 sujud. Dalil yang melandasi hal tersebut merupakan :
Dari Abdullah bin Amru berkata,"Tatkala terjadi gerhana matahari di masa Nabi SAW, orang-orang diserukan untuk shalat "As-shalatu jamiah". Nabi menjalankan 2 ruku' dalam satu rakaat setelah itu berdiri dan kembali menjalankan 2 ruku' untuk rakaat yang kedua. setelah itu matahari kembali nampak. Aisyah ra berkata,"Belum pernah aku sujud dan ruku' yang lebih panjang dari ini. (HR. Bukhari dan Muslim) 

Niat Shalat Gerhana Matahari
أُصَلِّيْ سُنَّةَ لِكُسُوْفِ الشَّمسِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

{” Ushallii Sunnatal Kusuufis-Syamsi Rak’ataini Lillahi Ta’alaa “}

Artinya : {” Aku niat (melaksanakan) shalat sunnah Gerhana Matahari dua rakaat sebab Allah ta’ala “} 


Niat Shalat Gerhana Bulan
أُصَلِّيْ سُنَّةَ لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

{” Ushallii Sunnatal Khusuufil-Qomari Rak’ataini Lillahi Ta’alaa “}

Artinya : {” Saya niat (melaksanakan) shalat sunnah Gerhana Bulan dua rakaat sebab Allah ta’ala “}


waktu melaksanakan shalat gerhana Matahari yaitu dimulai dari timbulnya Gerhana Matahari itu sendiri hingga matahari tersebut kembali sebagaimana biasanya,Sedangkan untuk melaksanakan shalat gerhana bulan yakni dimulai dari terjadinya Gerhana Bulan itu sendiri hingga terbit kembali, atau dengan Perkataan lain hingga Bulan tersebut nampak utuh,  
2. Bacaan Al-Quran
Shalat gerhana termasuk jenis shalat sunnah yang panjang dan lama durasinya. Di dalam hadits shahih disebutkan mengenai betapa lama dan panjang shalat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW itu :



ابْنُ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَال : كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  فَصَلَّى الرَّسُول  وَالنَّاسُ مَعَهُ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلاً نَحْوًا مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الأْوَّل ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأْوَّل
Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu, dia berkata bahwa telah terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW menjalankan shalat bersama-sama dengan orang banyak. Beliau berdiri cukup lama sekira panjang surat Al-Baqarah, setelah itu beliau SAW ruku' cukup lama, setelah itu bangun cukup lama, namun tak akan selama berdirinya yang pertama. setelah itu beliau ruku' lagi dengan cukup lama akan tetapi tak akan selama ruku' yang pertama. (HR. Bukhari dan Muslim)

Lebih utama apabila di rakaat pertama di berdiri yang pertama setelah Al-Fatihah dibaca surat seperti Al-Baqarah dalam panjangnya.
Sedangkan berdiri yang kedua masih di rakaat pertama dibaca surat dengan kadar sekitar 0-an ayat, seperti Ali Imran.
Sedangkan di rakaat kedua di berdiri yang pertama dibaca surat yang panjangnya sekitar 250-an ayat, seperti An-Nisa. Dan di berdiri yang kedua dianjurkan membaca ayat yang panjangnya sekitar 150-an ayat seperti Al-Maidah.
3. Memperlama Ruku' dan Sujud
Disunnahkan untuk memanjangkan ruku' dan sujud dengan bertasbih kepada Allah SWT, bagus di 2 ruku' dan sujud rakaat pertama ataupun di 2 ruku' dan sujud di rakaat kedua.
Yang dimaksud dengan panjang disini memang sangat panjang, sebab apabila dikadarkan dengan ukuran bacaan ayat Al-Quran, Bisa dibandingkan dengan membaca 100, 80, 70 dan 50 ayat surat Al-Baqarah.
Panjang ruku' dan sujud pertama di rakaat pertama seputar 100 ayat surat Al-Baqarah, di ruku' dan sujud kedua dari rakaat pertama seputar 80 ayat surat Al-Baqarah. Dan seputar 70 ayat untuk rukuk dan sujud pertama dari rakaat kedua. Dan sujud dan rukuk terakhir sekadar 50 ayat.
Dalilnya merupakan hadits shahih yang keshahihannya telah disepakati oleh para ulama hadits. 



كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  فَصَلَّى الرَّسُول  وَالنَّاسُ مَعَهُ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلاً نَحْوًا مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الأْوَّل ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأْوَّل

Dari Ibnu Abbas ra berkata,"Terjadi gerhana matahari dan Rasulullah SAW menjalankan shalat gerhana. Beliau beridri sangat panjang sekira membaca surat Al-Baqarah. setelah itu beliau ruku' sangat panjang lalu berdiri lagi dengan sangat panjang namun sedikit lebih pendek dari yang pertama. Lalu ruku' lagi tapi sedikit lebih pendek dari ruku' yang pertama. setelah itu beliau sujud. Lalu beliau berdiri lagi dengan sangat panjang namun sidikit lebih pendek dari yang pertama, setelah itu ruku' panjang namun sedikit lebih pendek dari sebelumnya.(HR. Bukhari dan Muslim).

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Tata Tutorial Shalat Gerhana Matahari dan Bulan Lengkap

0 comments:

Post a Comment